Makalah Teknik Energi Surya
Oleh :Farid Nanda Syanur
A. Latar Belakang
Sebagai manusia yang
hidup di zaman modern ini kita tidak bisa lepas dari peran energi listrik,
misalnya penggunaan komputer, lampu listrik serta televisi. Hal inilah yang
memicu peningkatan kebutuhan energi listrik yang signifikan pada tahun 2009
kebutuhan energi listrik dunia telah mencapai 17-17,5 triliyun KWh dan pada
tahun 2015 akan mencapai 19,5-20 triliyun KWh. Pada decade ini, bahan bakar
foil dan gas bumi sebagai sumber primer hanya akan mampu menyumbang 12,4
triliyun KWh saja. Padahal sumber energy primer ini jumlahnya sangat terbatas
dan dapat dipastikan pada suatu hari nanti jumlahnya akan benar-benar habis.
Maka saat ini, manusia lebih dituntut untuk lebih kreatif dalam upaya menemukan
sumber energi terbarukan yang dapat memenuhi kebutuhan energi secara global.
Salah satu cara untuk
menambah pasokan energy dunia yaitu dengan energy baru terbarukan salah satunya
yaitu memanfaatkan energy matahari / energy surya. Energi matahari adalah energi utama yang diterima bumi. Kurang lebih 173
triliun kilowatt energy diterima melalui bagian atas atmosphir, 30%
direfleksikan kembaali, 47% diserap oleh molekul-molekul di atmosphir dan
sisanya 23% diubah melalui proses gerakan thermodinamik di permukaan bumi. Di Indonesia
mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari
rata-rata sekitar
4.8 kWh/m2 per harinya di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif.
4.8 kWh/m2 per harinya di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif.
Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Matahari (PLTM) dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan
dimana saja seperti pada bangunan besar, pabrik, perumahan, dan lainnya. Selain
persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa dampak buruk terhadap
lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya. Di negara-negara industri maju
seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan bantuan
subsidi dari pemerintah telah diluncurkan program-program untuk memasyarakatkan
listrik tenaga matahari ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang berkembang
seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat diperbaharui
ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga
matahari atau kami singkat dengan PLTM maka dalam tulisan ini akan dijelaskan
secara singkat komponen-komponen yang membentuk PLTM, sistem kelistrikan tenaga
matahari dan trend teknologi yang ada.
B. Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit
listrik tenaga surya adalah salah satu pembangkit listrik alternatif yang
prinsip kerjanya yaitu memanfaatkan energi matahari atau energi surya sebagai
energi baru terbarukan menjadi energy listrik. Adapun energi alternatif lain
yang sudah banyak dikembangkan, seperti energy angin, panas bumi, mikro hidro,
tenaga arus laut, biomassa, dll. Pada umumnya pembangkit listrik tenaga surya
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Pembangkit Listrik
Photovoltaic (Photovoltaic Plants) dan Pembangkit Listrik Tenaga Termal (Solar
Thermal Power Plants).
1.
Pembagkit
Listrik Tenaga Surya Photovoltaic
Pembangkit listrik
jenis ini yaitu memanfaatkan sel surya (solar
cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik secara
langsung. Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya
dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi
cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi
listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya
fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik
surya termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi listrik dalam
skala besar. Adapun alat-alat yang digunakan pada system pembangkit ini yaitu :
a. Solar Cell
(Panel Surya)
Solar
Cell
yaitu alat yang berfungsi untuk merubah cahaya matahari menjadi listrik secara
langsung. Bentuk pipih dari panel surya memberikan kemudahan pemenuhan
kebutuhan listrik untuk berbagai skala kebutuhan. Sebuah sel surya dapat
menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel surya / solar
cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
b.
Inverter
Inverter
adalah alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan
bolak-balik (AC – Alternating Current).
c. Charge
Controller
Charge
Controller yaitu alat
yang berfungsi untuk mengatur arus dan
tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai
harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar atau lebih kecil dari
range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain akan mengalami
kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai penjaga agar
daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat tercapai Maximum
Power Point Tracking (MPPT).
d. Accu
(Aki)
Accu
/ aki yaitu alat yang berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh
panel surya sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa
lampu penerangan dan alat elektronik lainnya yang membutuhkan listrik.
2. Pembangkit
Listrik Tenaga Termal
Dalam pembangkit ini,
energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang
kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan
uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi
listrik. Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara.
Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya
terkonsentrasi (concentrated solar power plants). Tipe yang paling banyak
digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola dirancang untuk
menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang
anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus
tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam
pipa tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat
tinggi, seringkali diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida
panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik
untuk memasak air, menghasilkan uap air, lalu uap air tersebut dapat menggerakkan turbin
sehingga dapat menghasilkan energi listrik. Hasil uap air tadi dapat di
dinginkan oleh kondensor sehingga uap air tadi bisa dapat digunakan kembali.
Adapun rancangan lain
dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik (power tower). Tower listrik ini membuat
pembangkit listrik surya termal menuju ke arah baru. Cermin disituasikan untuk
memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus, yaitu sebuah menara tinggi yang
mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan air yang dialiri dalam pipa (tube) dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin
yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana sistem
tersebut mengatur cermin agar selalu menghadap matahari. Pada pembangkit jenis
ini pada pembuatan tower listrik memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu
pembangunan yang relatif cepat.
Adapun solusi yang didapat
untuk mengatasi permasalahan penyerapan energi matahari yang berhenti di malam
hari dengan menggunakan teknologi yang dapat menyimpan energi panas cahaya
matahari di dalam larutan garam mendidih. Teknologi ini disebut dengan Molten Salt. Pada konsepan ini akan
menghasilkan listrik 500 MW (dapat menyediakan listrik sekitar 400 ribu rumah),
setara dengan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batubara, tapi tidak
menghasilkan gas rumah kaca. Berbeda dengan pembangkit listrik tenaga surya
lain, teknologi ini dapat menghasilkan listrik saat langit mendung, bahkan di malam
hari. Pembangkit listrik yang menggabungkan energi surya dan larutan garam ini
memiliki prinsip kerja hampir serupa dengan pembangkit listrik tenaga surya di
Seville (Spanyol). Di Seville terdapat ratusan cermin yang memantulkan sinar
matahari ke sebuah tower. Pada tower ini diletakkan tanki besar berisi air.
Energi matahari akan memanaskan air di dalam tanki, lalu menghasilkan uap
panas, yang kemudian disalurkan ke turbin-turbin untuk menghasilkan listrik. Pada teknologi ini tidak menggunakan ‘air
biasa’ di dalam tanki, tapi air garam (molten salt).
Ratusan cermin memantulkan cahaya matahari ke tanki, memanaskan air
garam hingga 1,000 derajat Fahrenheit (538 derajat Celsius). Air
garam mendidih (yang membawa uap panas) lalu dipompa ke generator
untuk memutar turbin uap dan menghasilkan listrik. Rahasianya adalah penggunaan
garam sebagai fluidanya, campuran sodium dan potassium nitrate. Larutan
tersebut memiliki kemampuan menyimpan panas. Riset yang dilakukan The
National Solar Thermal Test Facility menyimpulkan bahwa garam mendidih
adalah larutan yang paling baik digunakan menyalurkan energi panas. Selanjutnya
lembaga tersebut mengatakan bahwa panas yang tersimpang masih cukup untuk
memutar turbin uap tekanan tinggi, walaupun saat tidak ada sinar matahari.
Adapun alat-alat yang
digunakan pada jenis pembangkit ini yaitu :
- Pipa (tube) digunakan sebagai media tempat mengalirnya fluida.
- Cermin Parabolik digunakan sebagai penangkap cahaya matahari yang nantinya dipantulkan ke pipa yang berisi fluida.
- Turbin adalah alat untuk mengkonversi energi kinetik cairan yang bergerak atau gas menjadi energi rotasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan dinamo dan menghasilkan listrik.
- Generator untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan menggerakan mesin mesin industry. Kondensor Kondensor berfungsi sebagai alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang digunakan untuk mengkondensasikan / mengubah gas yang bertekanan tinggi berubah menjadi cairan yang bertekanan tinggi.
C.
Keuntungan
dan kerugian Solar Power
Adapun
keuntungan dari pembangkit listrik tenaga surya yaitu :
- Sumber energi yang dipakai tidak pernah habis.
- Tidak memerlukan perawatan kusus sehingga bebas dari segala biaya perawatan.
- Hemat karena tidak memerlukan bahan bakar.
- Bersifat moduler artinya kapasitas listrik yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan.
- Tanpa suara sehingga tidak mengganggu ketertiban umum.
- Pemasangannya sangat mudah.
- Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area dan listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke tempat-tempat yangmembutuhkan) maupun desentralisasi (sistem PLTS dipasang pada setiap rumah,dengan demikian tidak diperlukan jaringan distribusi).
- Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat dipasang dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
- Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan operator (attendable).
Adapun kerugian dari
pembangkit listrik tenaga surya yaitu :
- Memiliki ketergantungan pada cuaca. Saat mendung kemampuan panel surya menangkap sinar matahari tentu akan berkurang. Akibatnya, PLTS tidak bisa digunakan secara optimal. Karena saat mendung kemampuan PLTS menyimpan energi berkurang sekitar 30%.
- Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan yang dihasilkan juga mahal. Yaitu mencapai Rp. 11 milyar per MW. Jika PLTS nanti kapasitasnya 30 MW, berarti biaya yang dibutuhkan Rp 330 Milyar.
- Teknologi PLTS dikhawatirkan menjadi sumber pencemar udara baru. Kondisi geografis Bandung yang membentuk cekungan membuat sirkulasi udara menjadi lambat. Polutan PLTS nantinya berputar-putar diatas Kota Bandung.
- Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk mendapatkan daya keluaran yang tinggi.
- Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenispembangkit lainnya.
- Solar panel mengambil sedikit ruang atap dan tidak menyenangkan untuk dilihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar